Jumat, 04 Mei 2012

Wayang klir Bulan Purnama

PENTAS WAYANG KLIR BULAN PURNAMA

Hari      : Sabtu, 5 Mei 2012
Tempat  : Depan Pendopo Puri Agung Klungkung
Waktu   : 20.00 Wita - selesai

foto peringatan puputan klungkung

Foto-foto dalam rangka Peringatan Puputan Klungkung


Add caption


Add caption


Add caption


Add caption


Kamis, 26 April 2012

Peringatan PUPUTAN KLUNGKUNG Ke 104

Peringatan PUPUTAN KLUNGKUNG ke 104

Puri dan masyarakat Klungkung melaksanakan:
Ardi Merdangga, Desa Pemenang Klungkung
Barong, Desa Gunaksa
Rudat
Barong Sae, Sanggar Kesenian Naga Langit Denpasar dan Sanggar Kesenian Naga Air Klungkung

Tempat : Depan Pendopo Puri Agung Klungkung
Waktu  : Sabtu, 28 April 2012
Jam    : 18.00 Wita


Pelaksanaan dibantu oleh:
Wahana Cipta Warisan Kebudayaan
(HANACARAKA) Klungkung

Jumat, 09 Desember 2011

Pentas Wayang Kelir

Sudah punya acara malam minggu ini?Daripada bingung yok saksikan pertunjukkan Wayang Kelir
Dalang : Wayan Darsana
Tanggal : 10 Desember 2011
Tempat : Depan Pendopo Puri Agung
Waktu : 20.00 sampai selesai

Rabu, 13 Juli 2011

WAYANG TATWA

Saksikanlah Pertunjukkan Wayang Tatwa
Hari      : Sabtu, 16 Juli 2011
Tempat : Depan Puri Klungkung
Waktu  : 19.30 WITA
Dalang : Ki Dalang Sadhar ( Satria )

Rabu, 16 Maret 2011

Kerajaan Gelgel Sebagai Identitas Budaya

PADA ZAMAN KERAJAAN GELGEL SEBAGAI IDENTITAS BUDAYA

Dalem Watu Renggong (1460-1550) sebagai raja kedua di keraton Gelgel, oleh beberapa penulis babad dikisahkan sebagai sebuah kerajaan yang mengalami masa keemasan (Golden Age). Ketika Gelgel mengalami kejayaan pada masa Dalem Watu Renggong ini hubungan antara kerajaan Gelgel dengan Majapahit dianggap telah tiada. Hal ini disebabkan bukan karena lunturnya kesetiaan raja Bali, tetapi lebih banyak disebabkan oleh kondisi pusat kerajaan yang sedang mengalami kekacauan. Dengan demikian kehancuran Majapahit yang ditandai dengan Sirna (0) hilang (0) kertaning (4) bumi (1) yang merujuk pada angka 1400 yaitu 1478 M, dianggap sebagai sebuah kesempatan bagi Dalem Watu Renggong untuk mempertahankan tradisi Majapahit dan Agama Hindu agar Bali dapat dianggap sebagai penerus budaya Majapahit yang pernah besar di Nusantara. Untuk kepentingan ini Dalem Watu Renggong mendatangkan Dang Hyang Angsoka, Dang Hyang Astapaka, dan Dang Hyang Nirartha dalam rangka untuk memperkuat akar-akar budaya dan agama Hindu.

Sebagai masa yang gemilang, zaman keemasan, maka berbagai produk seni budaya berhasil diciptakan untuk memperkaya tradisi budaya yang ada di Bali. Munculnya banyak karya-karya sastra yang dikarang oleh I Gusti Dauh Bale Agung dan Dang Hyang Nirarta sebagai pendeta kerajaan, dapat diduga bahwa berbagai jenis kesenian juga muncul, karena kreativitas kesenian bersumber pada karya-karya sastra tersebut. Munculnya seni lukis wayang di Kamasan juga diduga berkembang sejak zaman itu. Berbagai jenis kesenian seperti Gambuh, Wayang Wong dan seni pertunjukan Topeng juga sangat pesat perkembangannya pada saat itu. Masa kejayaan Waturenggong ini dihubungkan oleh penulis sejarah dengan kemampuannya membendung kuatnya penyebaran agama non Hindu  pada abad XV ke Bali. Dengan demikian cerita-cerita kepahlawanan seperti: Mahabharata, Ramayana, Panji dan Babad akan menjadi sajian yang sangat menarik pada kesenian untuk mengekspos kebesaran Waturenggong. Seni pertunjukan dikembangkan sebagai wahana untuk melakukan sosialisasi terhadap ajaran agama untuk memperkuat tradisi budaya yang berakar pada tradisi budaya Majapahit.

Setelah Dewa Agung Jambe memindahkan pusat kerajaan dari Gelgel ke Klungkung pada tahun 1686 M yang diberi nama Kraton Semarapura, maka hampir semua pemegang wilayah apanage memerdekakan diri, yang akhirnya terbentuklah 9 kerajaan di Bali. Dengan demikian maka perkembangan seni budaya Bali termasuk seni pertunjukan tidak lagi berpusat hanya di kerajaan Klungkung, tetapi berkembang hampir diseluruh Bali yang dilindungi oleh rajanya masing-masing. Dari sumber-sumber sejarah dinyatakan bahwa sejak abad XVII kerajaan-kerajaan vassal mulai melepaskan diri dari kekuasaan pusat yaitu Klungkung, sehingga muncul 9 kerajaan yaitu: Klungkung, Badung, Gianyar, Bangli, Karangasem, Buleleng, Tabanan, Negara, dan Mengwi. Diantara kerajaan-kerajaan ini nampaknya di wilayah kerajaan Gianyar seni budaya Bali termasuk seni pertunjukan pertumbuhannya dan perkembangannya sangat subur. Suburnya perkembangan seni budaya di wilayah Gianyar karena pusat pemerintahan Bali sebelum Bali jatuh ke tangan Majapahit adalah di Bedahulu yang merupakan wilayah kabupaten Gianyar sekarang. Banyaknya peninggalan-peninggalan zaman Bali Kuna yang ada di wilayah Bedahulu kabupaten Gianyar, juga menjadi sumber inspirasi bagi pengembangan kesenian Bali.
Oleh : I Dewa Gede Alit Saputra